12.12.10

Jiwa Seribu satu Malam



Tak ada yang salah dengan kemarin, juga dengan dini hari ini. Semuanya tampak sama. Tak ada yang salah juga dengan cuaca yang seharian ini mendung dan turun hujan. Sudah sewajarnya musim hujan datang disaat ini. Tak ada yang salah dengan menu makanan hari ini, hanya lauk pauk sederhana dan terasa nikmat. Tak ada yang salah dengan isi hati ini. Masih sama seperti kemarin,sepi.

Aku merasa hidup didalam dongeng seribu satu malam. Setiap saat aku ingin berubah - berubah menjadi tokoh dalam dongeng itu. Kemarin aku ingin menjadi sosok Dayang Sumbi, seorang putri raja dari tanah Parahyangan yang menikah dengan dengan Tumang seekor anjing berkaki pincang karena terlanjur terucap sumpah. Keesokan harinya aku terbangun dan ingin menjadi sosok Nawang Wulan sosok bidadari dari khayangan yang menikah dengan seorang lelaki yang telah mengambil selendangnya disaat dia sedang mandi bersama teman-teman bidadari lainnya, sehingga Nawang Wulan tidak dapat pulang ke khayangan. Dan kemarin aku ingin menjadi sosok Ken Dedes putri cantik dari babad tanah Jawi yang kelak akan melahirkan para raja Majapahit. Entah apa yang telah merasuki jiwaku, seakan-akan aku ingin bisa mengalami masa-masa seperti didalam dongeng seribu satu malam. Malam ini terduduk aku didalam kamarku dan membayangkan aku adalah seorang Putri Mandalika dari Kerajaan Mataram yang merubah dirinya menjadi nyale atau cacing untuk menghindari peperangan yang akan terjadi karena memperebutkan dirinya.

Dan tiba-tiba perasaan hatiku menjadi galau dan sedih, entah kenapa. Tak tahu karena apa. Semua terasa begitu cepat berubah. Aku takut, tapi aku bingung apa yang aku takutkan. Bahkan jiwa pun memiliki seribu satu rasa. Yang saling mengikat satu sama lainnya.

No comments: