25.10.10

Kebahagian, Hujan dan Tuhan


Sekarang saya merasa hari-hari saya terbagi menjadi dua bagian. Pagi sampai sore hari saya menghabiskan waktu saya untuk duduk didalam kubikal ruang kerja saya yang padat dengan tumpukan - tumpukan dokumen yang 'wajib' dirapikan dan rentetan pesan email yang meminta dijawab segera seakan-akan besok adalah akhir dari kehidupan. Sore hari, saya kadang menghabiskan waktu saya menikmati kopi dengan beberapa orang teman. Sementara diakhir minggu semenjak saya menyandang status 'single' saya lebih banyak menghabiskan waktu membaca buku di salah satu kedai kopi, sendirian atau kadang-kadang ditemani oleh Varah sepupu saya yang sedikit 'absurd'. Kadang saya melakukan aktifitas 'mom's & daughter' bersama, seperti Sunday Shopping atau sekedar melakukan pekerjaan 'wanita normal' lainnya seperti ngerumpi hal yang nggak jelas. Belakangan ini sebelum tidur saya membiasakan diri untuk berdoa kepada Tuhan dan mengirim doa kepada para leluhur yang telah mendahului saya meninggalkan dunia ini. Saya berdoa kepada Tuhan, agar saya selalu dilindungi oleh-Nya dan bermimpi indah di dalam tidur saya dan berharap esok hari saya akan mendapatkan 'hadiah' spesial entah dari siapa. Saya belum pernah merasa nyaman dan merasa tidak terbebani seperti saat ini.

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang wanita tua salah satu kolega bisnis BOS saya. Perkiraan saya umur wanita itu sekitar 60 tahunan. Wanita itu berbicara mengenai makna 'Kebahagian' kepada saya. Dia mengatakan bahwa orang secara alamiah berpikir bahwa kebahagian adalah suatu keberuntungan, sesuatu yang turun kebawah seperti udara yang bagus jika kamu cukup beruntung. Tetapi sesungguhnya tidak begitu kerja dari Kebahagian. Kebahagian merupakan konsekuensi dari usaha pribadi manusia. Setiap manusia berjuang untuk itu, mengusahakan dan kadang-kadang bahkan melakukan perjalanan keliling dunia untuk mendapatkan suatu kebahagian itu. Dan setelah kita mendapatkan dan menemukan kebahagian itu kita akan menjaganya rapat-rapat dan berdoa kepada Tuhan agar kebahagian itu tidak pergi dari diri kita.

Didalam hidup saya, saya dapat benar-benar melihat dimana peristiwa ketidakbahagian telah membawa penderitaan atau kesedihan, atau ketidaknyamanan kepada orang-orang disekitar saya. Dengan mudahnya saya telah memberikan rasa ketidakbahagian kepada orang yang sangat mencintai saya, kepada sahabat saya dan kepada lingkungan sekitar saya. Semua saya lakukan dengan berdasarkan rasa ego dan rasa menguntungkan diri saya sendiri. Saya sadar, mereka tidak akan mudah untuk memaafkan saya atau mungkin tidak akan pernah memaafkan saya. Tapi dalam mendapatkan 'kebahagian' kadang memerlukan pengorbanan. Mungkin mereka menjadi 'korban' untuk mendapatkan kebahagian didalam hidup saya. Terdengar egois mungkin. Namun hidup adalah untuk memilih. Kebahagian atau ketidakbahagian?.

Saya tidak ingat kapan tepatnya saya berdoa dengan menangis kepada Tuhan. Belakangan ini saya sudah kembali berdoa kepada Tuhan, tetapi saya tidak menangis. Dulu saya suka bercerita kepada Tuhan tentang apa yang saya alami didalam hari-hari yang lewati setiap harinya. Kadang saya memperlihatkan ekspresi wajah saya yang berbinar-binar, kadang saya tersenyum manja atau menangis menuntut belaian-Nya. Namu saat ini saya lebih fokus berdoa dengan ekspresi didalam hati saya. Semalam saya berdoa kepada Tuhan, agar hari ini diturunkan hujan. Karena saya rindu aroma tanah yang basah oleh hujan. Dan seperti mimpi, Tuhan mengabulkan doa saya. Dan ini membuat saya ingin berdoa kembali dan meminta sesuatu yang lain kepada Tuhan. Yaitu kebahagian. Saya rasa itu permintaan yang mudah, dan saya harap Tuhan mengabulkan permintaan saya lagi.

No comments: