9.10.10

Hanya sebuah pertanyaan.

Hanya pertanyaan. Pertanyaan yang terdengar sederhana, tetapi membutuhkan jawaban yang rumit. Pertanyaan yang selalu dating diwaktu yang tidak tepat. Pertanyaan yang terlontar yang membuaat urat-urat dikepalaku menegang. Aku tidak suka dengan pertanyaan yang diajukan olehnya. Hanya membuat syaraf otakku menegang. Aku rasa aku tidak menyukai pertanyaan yang diajukannya kepadaku. Karena aku rasa pertanyaan itu tidak penting untuk aku jawab. Tidak penting. Atau sebenarnya sangat penting?.
Mengapa,apa dan bagiamana? Awalan kata dari satu kalimat tanya yang diajukan kepadaku menjadi sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang membuat aku seperti satu buah kaset tape yang sedang berputar ulang. Aku tidak suka dengan pertanyaan. Entah mengapa, semua orang mempunyai hak untuk bertanya dan hak mendapatkan jawaban. Walaupun nanti jawaban yang diberikan tidak membuat si pembuat pertanyaan merasa puas, senang ataupun sakit. Aku selalu menghindari kalimat tanya. Aku takut jawaban yang aku buat membuat si penanya menjadi sedih.

Apakah kamu tahu Tuhanmu?
Apakah kamu pernah bertanya kepada Tuhan, disaat kamu merasa tersesat?
Apakah Tuhan menjawab pertanyaanmu saat kamu sedang mencari ‘jalan pulang’?
Dimana Tuhanmu berada selama ini?
Apakah Tuhan pernah mengabulkan keinginanmu melalui doa-doamu?

Isi pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari hatimu bukan hanya dari logikamu. Dan aku sulit menjawab segala bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari hatiku. Entah. Mungkin karena hatiku tidak ‘terdidik’ dengan baik. Sehingga hatiku tidak lulus dengan nilai sempurna. Sulit mencari ‘sekolah’ untuk mendidik hati. Andai saja, pasti aku akan memasukan hati saya ke ‘sekolah hati’ yang terbaik. Saat pertanyaan itu diajukan kepadaku, lewat seperti angin lalu. Aku hanya bisa menanggapinya dengan logika. Aku jawab dengan jawaban lugas. Dan berakhir dengan mengulang pertanyaan pertanyaan itu sebelum aku meniduri peraduan. Pertanyaan itu datang menari-nari diatas kepalamu, seakan-akan menuntut suatu jawaban dari hatimu. Dan kamu merasa terpojok dengannya.

Hanya sebuah pertanyaan. Dan semua membuatmu merasa sedih dan galau. Hanya sebuah pertanyaan dan itu membuat hatimu menjadi sedih. Hanya sebuah pertanyaan disela-sela secangkir kopi dan sahabat, dan pertanyaan itu meruntuhkan benteng keegoisan, keculasan dan kebencianmu.

No comments: