1.2.07

MALAM

“ I’am a junkie…can’t get enough…am totally addicted, hooked on the rush.. I’m Junkie, that’s what I am…Looking for excitement…”

Lagu wajib kawula muda berkumandang keras memekakan telinga. Diruangan gelap penuh asap itu berceceran manusia dengan beragam gaya. Semua berlomba – lomba menunjukkan betapa kebahagian itu tidak sulit untuk direngkuh. Jadilah manusia malam, karena malam tidak menuntut penerangan jiwa. Malam menerima keberadaan yang apa adanya. Malam tidak peduli dengan rambut yang mulai lepek karena keringat, eye-liner yang luntur, dan mulut ngelantur. Bahkan malam melindungi keriput dan terbiasa dengan ketidakbiasaan. Klub ini cukup berhasil menciptakan Suasana nyaman bagi para pendatang yang sedang melarikan diri dari masalah dan kenyataan hidup yang sedang mereka hadapi. Dengan ruangan yang tidak terlalu besar (juga tidak terlalu kecil) dan pendingin yang memadai, aku bisa menikmati malamku sendiri.

Meja disebelah kanan bar penuh dengan wajah-wajah yang biasa kulihat menghiasi halaman belakang sebuah majalah wanita bulanan. Perempuan-perempuan cantik yang entah apa pekerjaannya mereka berhasil menyandang predikat Socialite. Hanya karena orang akhirnya tahu dengan siapa mereka menikah dan apa pekerjaan pecundang yang mereka nikahi. Meja sebelahnya, dipesan seorang penyanyi yang baru saja meluncurkan albumnya. Masih kosong, belum datang rupanya. Hmm..aku bayangkan pasti nanti dia akan datang dengan serombongan wanita –wanita cantik berdada montok yang rela melakukan apa saja demi semalam bersamanya. Tapi segera kubuang jauh – jauh pikiran itu.Lama – lama aku bisa menjadi seorang pengunjing. Aku tidak mau memulainya walau hanya membatin.

“ Mau pesan minum apa, Mbak?” sapa waiter klub dengan kesopanan dan dandanan yang nyentrik. Aku paling sebel sama orang yang bertanya atau menyapa tanpa menyelipkan obyek dalam awal atau diakhir kalimat. Mau kemana?,Butuh berapa banyak?, nggak jelas bicara sama siapanya. Menurutku kalimat seperti itu tidak lengkap dan tidak sopan.

“ Mbak jadi mau pesan minum apa? “ ulang sang waiter. “ Margarita Frozen, Mas” jawabku buru-buru aku nggak mau dikira tuli. “ Tunggu sebenta, Mbak”
Waiter itu berlalu didetik berikutnya. Pandanganku kembali menyapu ruangan. Wanita - wanita dimeja ‘Famous People Only’ tadi kulihat mulai lebih semangat lagi bergoyang. Mungkin sebagian sudah pada mabuk. Atau mungkin juga hanya sok Asyik.Diatas meja mereka kulihat hanya ada dua botol anggur padahal jumlah mereka cukup banyak. Ada sekitar delapan orang. Dua Gay timur tengah masuk bergandengan memaksaku menghela napas dan untuk selanjutnya menarik kembali napas dalam – dalam. Serombongan anak muda mengikuti dibelakang ‘galih-galih’ tadi. Dari dandanannya aku yakin mereka pasti habis pulang dari pesta pernikahan. Gaun malam panjang mengembung tembus pandang bak seorang Cinderella membunuhku perlahan –lahan. Pants, that’s me.

“ Silahkan Mbak, mau bayar sekarang atau open bill?” sang waiter tiba-tiba membuyarka lamunanku. “ Saya bayar “ jawabku seraya menyerahkan kartu kredit. Meja-meha disekelilingku mulai terisi dan klub mulai hiruk pikuk dengan manusia yang entah kapan datangnya. Dari mana saja datangnya orang orang ini? Are they really happy as they seem? But who cares??.

Setelah aku bosan dengan suasana disana aku memutuskan untuk pulang kerumah, cukup sudah aku berada ditempat ini. Aku hanya ingin membuang sedikit kepenatanku dan mencari hiburan yang berbeda.



3 comments:

Dedy W. Sanusi said...

Salam. Suka gelap, ya?. Nice blog!

Djoko Santoso said...

Sylvaaaaaaaaaaaaaaa EGOIS !!!!!
hang out gak ngajak-ngajak ... awas lho ya !!!!!!

Luk Sekar Dadari said...

Dunia Malam....
Menurutku..orang orang seperti itu hanya sembunyi dari "kenyataan" hidup mereka, makanya mereka lari ke hal-hal yang mehurutku membuang waktu dan energi mereka sendiri...yang mereka tau "Kesenangan" yang dia dapat hanyalah "Kesenanga" sesaat saja...itu hanya kamuflase kehidupan. Permasalah hidup harus Dihadapi bukan Dihindari...